99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais
Aku mengucek-ucek mata. Lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus itu terlihat biasa saja. Jika sedikit lagi saja hidungku menyentuh permukaan lukisan, alarm di Museum Louvre akan berdering-dering. Aku menyerah. Aku tidak bisa menemukan apa yang aneh pada lukisan itu.
'Percaya atau tidak, pinggiran hijab Bunda Maria itu bertahtakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah, Hanum,' ungkap Marion akhirnya.
Apa yang Anda bayangkan jika mendengar “Eropa”? Eiffel? Colosseum? San Siro? Atau Tembok Berlin?
Bagi saya, Eropa adalah sejuta misteri tentang sebuah peradaban yang sangat luhur, peradaban keyakinan saya, Islam.
Buku ini bercerita tentang perjalanan sebuah “pencarian”. Pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan Islam di benua ini.
Dalam perjalanan itu saya bertemu dengan orang-orang yang mengajari saya, apa itu Islam rahmatan lil alamin. Perjalanan yang mempertemukan saya dengan para pahlawan Islam pada masa lalu. Perjalanan yang merengkuh dan mendamaikan kalbu dan keberadaan diri saya.
Pada akhirnya, di buku ini Anda akan menemukan bahwa Eropa tak sekadar Eiffel atau Colosseum. Lebih…sungguh lebih daripada itu.
--------
Novel perjalanan Hanum Salsabiela Rais-Rangga Almahendra yang berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa, yang ditulis berdasarkan pengamatan selama tiga tahun hidup di Eropa, cukup menarik. Hanum kemudian menyimpulkan bahwa kondisi umat saat ini sudah semakin jauh dari akar yang membuat peradaban Islam terang-benderang seribu tahun lalu, karena kondisi umat kini yang menyalahartikan ”jihad” sebagai perjuangan dengan pedang, bukan dengan perantara kalam (pengetahuan dan teknologi).
Pengamatan Hanum, sekali lagi menunjukkan kepada kita bahwa kebudayaan dan teknologi selalu berjalan berdampingan, saling mengisi, menentukan masa depan suatu bangsa. Jika kebudayaan suatu bangsa mati, mati pula teknologi bangsa itu. Di luar meredupnya peradaban Islam, lihat saja persamaan dengan kepunahan Suku Indian Maya di Amerika Latin, bersamaan dengan punahnya teknologi suku tersebut. Begitu pula jika kebudayaan dan teknologi suatu bangsa dikekang, bangsa itu tidak akan tumbuh. Sebaliknya jika keduanya diberikan kesempatan mekar, masa depan bangsa itu mekar dan berkembang.
Berdasarkan pengalaman sejarah dan peradaban umat manusia, yang lebih penting bagi umat Islam sekarang ini tidak lagi sibuk membicarakan keunggulan-keunggulan yang telah dicapai umat Islam pada masa lampau, atau memperdebatkan siapa yang pertama kali menemukan angka nol, termasuk angka satu, dua, tiga, dan seterusnya, sebagai sumbangan umat Islam dalam penulisan angka pada zaman modern dan dasar seluruh pembangunan dan peradaban di dunia, tetapi bagaimana umat Islam kembali unggul dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, kembali terdepan dan menjadi pemimpin dalam ilmu pengetahuan dan peradaban dunia, karena prestasi nyata yang ditunjukkannya.
- Bacharuddin Jusuf Habibie (Mantan Presiden Republik Indonesia)
“Buku ini berhasil memaparkan secara menarik betapa pertautan Islam di Eropa sudah berlangsung sangat lama dan menyentuh berbagai bidang peradaban. Cara menyampaikannya sangat jelas, ringan, runut, dan lancar mengalir. Selamat!”
– M. Amien Rais (Ayahanda Penulis)
“Pengalaman Hanum sebagai jurnalis membuat novel perjalanan sekaligus sejarah ini mengalir lincah dan indah. Kehidupannya di luar negeri dan interaksinya dengan realitas sekulerisme membuatnya mampu bertutur dan berpikir ‘out of the box’ tanpa mengurangi esensi Islam sebagai rahmatan lil alamin.”
– Najwa Shihab (Jurnalis dan Host Program Mata Najwa, Metro TV)
“Karya ini penuh nuansa dan gemuruh perjalanan sejarah peradaban Islam Eropa, baik pada masa silam yang jauh maupun pada masa sekarang, ketika Islam dan Muslim berhadapan dengan realitas kian sulit di Eropa.”
– Azyumardi Azra (Guru Besar Sejarah, Direktur Sekolah Pascasarjana UIN, Jakarta)
“Hanum mampu merangkai kepingan mosaik tentang kebesaran Islam di Eropa beberapa abad lalu. Lebih jauh lagi, melihat nilai-nilai Islam dalam kehidupan Eropa. Islam dan Eropa sering ditempatkan dalam stigma ‘berhadapan’, sudah saatnya ditempatkan dalam kerangka stigma ‘saling menguatkan’.”
– Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina dan Ketua Indonesia Mengajar)
Penulis: Hanum Salsabiela Rais
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-7274-1
Baca-Download: Google Drive
'Percaya atau tidak, pinggiran hijab Bunda Maria itu bertahtakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah, Hanum,' ungkap Marion akhirnya.
Apa yang Anda bayangkan jika mendengar “Eropa”? Eiffel? Colosseum? San Siro? Atau Tembok Berlin?
Bagi saya, Eropa adalah sejuta misteri tentang sebuah peradaban yang sangat luhur, peradaban keyakinan saya, Islam.
Buku ini bercerita tentang perjalanan sebuah “pencarian”. Pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan Islam di benua ini.
Dalam perjalanan itu saya bertemu dengan orang-orang yang mengajari saya, apa itu Islam rahmatan lil alamin. Perjalanan yang mempertemukan saya dengan para pahlawan Islam pada masa lalu. Perjalanan yang merengkuh dan mendamaikan kalbu dan keberadaan diri saya.
Pada akhirnya, di buku ini Anda akan menemukan bahwa Eropa tak sekadar Eiffel atau Colosseum. Lebih…sungguh lebih daripada itu.
--------
Novel perjalanan Hanum Salsabiela Rais-Rangga Almahendra yang berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa, yang ditulis berdasarkan pengamatan selama tiga tahun hidup di Eropa, cukup menarik. Hanum kemudian menyimpulkan bahwa kondisi umat saat ini sudah semakin jauh dari akar yang membuat peradaban Islam terang-benderang seribu tahun lalu, karena kondisi umat kini yang menyalahartikan ”jihad” sebagai perjuangan dengan pedang, bukan dengan perantara kalam (pengetahuan dan teknologi).
Pengamatan Hanum, sekali lagi menunjukkan kepada kita bahwa kebudayaan dan teknologi selalu berjalan berdampingan, saling mengisi, menentukan masa depan suatu bangsa. Jika kebudayaan suatu bangsa mati, mati pula teknologi bangsa itu. Di luar meredupnya peradaban Islam, lihat saja persamaan dengan kepunahan Suku Indian Maya di Amerika Latin, bersamaan dengan punahnya teknologi suku tersebut. Begitu pula jika kebudayaan dan teknologi suatu bangsa dikekang, bangsa itu tidak akan tumbuh. Sebaliknya jika keduanya diberikan kesempatan mekar, masa depan bangsa itu mekar dan berkembang.
Berdasarkan pengalaman sejarah dan peradaban umat manusia, yang lebih penting bagi umat Islam sekarang ini tidak lagi sibuk membicarakan keunggulan-keunggulan yang telah dicapai umat Islam pada masa lampau, atau memperdebatkan siapa yang pertama kali menemukan angka nol, termasuk angka satu, dua, tiga, dan seterusnya, sebagai sumbangan umat Islam dalam penulisan angka pada zaman modern dan dasar seluruh pembangunan dan peradaban di dunia, tetapi bagaimana umat Islam kembali unggul dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, kembali terdepan dan menjadi pemimpin dalam ilmu pengetahuan dan peradaban dunia, karena prestasi nyata yang ditunjukkannya.
- Bacharuddin Jusuf Habibie (Mantan Presiden Republik Indonesia)
“Buku ini berhasil memaparkan secara menarik betapa pertautan Islam di Eropa sudah berlangsung sangat lama dan menyentuh berbagai bidang peradaban. Cara menyampaikannya sangat jelas, ringan, runut, dan lancar mengalir. Selamat!”
– M. Amien Rais (Ayahanda Penulis)
“Pengalaman Hanum sebagai jurnalis membuat novel perjalanan sekaligus sejarah ini mengalir lincah dan indah. Kehidupannya di luar negeri dan interaksinya dengan realitas sekulerisme membuatnya mampu bertutur dan berpikir ‘out of the box’ tanpa mengurangi esensi Islam sebagai rahmatan lil alamin.”
– Najwa Shihab (Jurnalis dan Host Program Mata Najwa, Metro TV)
“Karya ini penuh nuansa dan gemuruh perjalanan sejarah peradaban Islam Eropa, baik pada masa silam yang jauh maupun pada masa sekarang, ketika Islam dan Muslim berhadapan dengan realitas kian sulit di Eropa.”
– Azyumardi Azra (Guru Besar Sejarah, Direktur Sekolah Pascasarjana UIN, Jakarta)
“Hanum mampu merangkai kepingan mosaik tentang kebesaran Islam di Eropa beberapa abad lalu. Lebih jauh lagi, melihat nilai-nilai Islam dalam kehidupan Eropa. Islam dan Eropa sering ditempatkan dalam stigma ‘berhadapan’, sudah saatnya ditempatkan dalam kerangka stigma ‘saling menguatkan’.”
– Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina dan Ketua Indonesia Mengajar)
Detail Buku:
Judul: 99 Cahaya di Langit EropaPenulis: Hanum Salsabiela Rais
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-7274-1
Baca-Download: Google Drive
0 Response to "99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais"
Posting Komentar