Ya Rasul Mataku Buta - 40 Hadits Shahih
Syahdan, suatu ketika Rasulullah menyampai- kan ajaran Islam kepada para pembesar kaum musyrik, berharap agar mereka mau masuk Islam. Sebab, dengan masuk Islamnya mereka, penye- baran Islam akan berjalan mulus, dan Islam dengan mudah akan menembus tapal batas jazirah Arab. Oleh karena itu, secara serius Rasulullah mencurah- kan perhatian kepada mereka.
Tak lama kemudian, sekonyong-konyong datanglah seorang buta yang meminta Rasul untuk menyampaikan risalah Islam. Seorang buta tadi ingin tahu betul apa itu Islam. Tentu saja, kehadiran- nya mengusik ketenangan dakwah Rasulullah kepada pembesar kaum musyrik tadi. Suasana yang tadinya serius menjadi agak kacau dengan kehadiran seorang buta tadi. Secara manusiawi, Rasulullah yang biasanya sangat santun kepada siapa pun, tiba-tiba merasa jengah dengan ke- hadirannya. Saat itu, Rasulullah bermuka masam, bahkan wajahnya pun segera ia palingkan.
Kasus ini kemudian mengundang turunnya wahyu kepada Rasulullah. Ayat yang turun berupa sindiran, bahkan teguran kepadanya yang bermuka masam dan berpaling dari orang buta tadi. Ayat yang dimaksud adalah beberapa ayat pertama surah ‘Abasa. Teguran tersebut mengguncangkan jiwa Rasulullah. Tak lama berselang, wajah Rasulullah yang awalnya tidak bersahabat kini menjadi sangat ramah. Dengan penuh perhatian Rasulullah menyambut sang tamu yang buta itu. Lalu, dengan penuh sopan santun pula dia menjelaskan tentang Islam. Kini, kedudukan seorang buta tadi tidak lagi dianggap lebih rendah dibandingkan pembesar kaum musyrik yang sedang didakwahi.
Teguran Allah tersebut laksana tamparan keras sekaligus air segar yang diguyurkan ke palung jiwa Rasulullah sehingga kesadarannya muncul kembali bahwa setiap manusia, siapa dan apa pun kondisi- nya, adalah hamba Allah juga. Telah disebutkan dalam sirah (sejarah), semenjak peristiwa tersebut Rasulullah tidak pernah bermuka masam lagi. Keceriaan dan senyuman senantiasa memancar dari wajahnya.
Buku kecil ini berusaha mengeksplorasi 40 hadits tentang kaum difabel (orang-orang cacat). Tidak hanya menjelaskan pandangan Islam tentang kaum difabel, buku ini juga menjabarkan tata cara berinteraksi yang baik dengan mereka. Sikap sabar dan tabah yang mesti dimiliki kaum difabel juga mendapat perhatian tersendiri dalam buku ini. Di samping itu, masih banyak hikmah dan pelajaran yang bisa Anda petik dari teladan Rasulullah, terutama dalam bergaul dengan kaum difabel.
Penulis: Alaik S.
Penerbit: Pustaka Pesantren
ISBN: 979-8452-85-2
Baca-Download PDF: Google Drive
Tak lama kemudian, sekonyong-konyong datanglah seorang buta yang meminta Rasul untuk menyampaikan risalah Islam. Seorang buta tadi ingin tahu betul apa itu Islam. Tentu saja, kehadiran- nya mengusik ketenangan dakwah Rasulullah kepada pembesar kaum musyrik tadi. Suasana yang tadinya serius menjadi agak kacau dengan kehadiran seorang buta tadi. Secara manusiawi, Rasulullah yang biasanya sangat santun kepada siapa pun, tiba-tiba merasa jengah dengan ke- hadirannya. Saat itu, Rasulullah bermuka masam, bahkan wajahnya pun segera ia palingkan.
Kasus ini kemudian mengundang turunnya wahyu kepada Rasulullah. Ayat yang turun berupa sindiran, bahkan teguran kepadanya yang bermuka masam dan berpaling dari orang buta tadi. Ayat yang dimaksud adalah beberapa ayat pertama surah ‘Abasa. Teguran tersebut mengguncangkan jiwa Rasulullah. Tak lama berselang, wajah Rasulullah yang awalnya tidak bersahabat kini menjadi sangat ramah. Dengan penuh perhatian Rasulullah menyambut sang tamu yang buta itu. Lalu, dengan penuh sopan santun pula dia menjelaskan tentang Islam. Kini, kedudukan seorang buta tadi tidak lagi dianggap lebih rendah dibandingkan pembesar kaum musyrik yang sedang didakwahi.
Teguran Allah tersebut laksana tamparan keras sekaligus air segar yang diguyurkan ke palung jiwa Rasulullah sehingga kesadarannya muncul kembali bahwa setiap manusia, siapa dan apa pun kondisi- nya, adalah hamba Allah juga. Telah disebutkan dalam sirah (sejarah), semenjak peristiwa tersebut Rasulullah tidak pernah bermuka masam lagi. Keceriaan dan senyuman senantiasa memancar dari wajahnya.
Buku kecil ini berusaha mengeksplorasi 40 hadits tentang kaum difabel (orang-orang cacat). Tidak hanya menjelaskan pandangan Islam tentang kaum difabel, buku ini juga menjabarkan tata cara berinteraksi yang baik dengan mereka. Sikap sabar dan tabah yang mesti dimiliki kaum difabel juga mendapat perhatian tersendiri dalam buku ini. Di samping itu, masih banyak hikmah dan pelajaran yang bisa Anda petik dari teladan Rasulullah, terutama dalam bergaul dengan kaum difabel.
Detail Buku:
Judul: Ya Rasul Mataku Buta - Seri 40 Hadits ShahihPenulis: Alaik S.
Penerbit: Pustaka Pesantren
ISBN: 979-8452-85-2
Baca-Download PDF: Google Drive
0 Response to "Ya Rasul Mataku Buta - 40 Hadits Shahih"
Posting Komentar